26.6 C
Brussels
Minggu, Mei 12, 2024
EropaNazila Ghanea, Menjunjung Kebebasan Beragama Harus Menjadi Prioritas Utama di Swedia

Nazila Ghanea, Menjunjung Kebebasan Beragama Harus Menjadi Prioritas Utama di Swedia

PENAFIAN: Informasi dan pendapat yang direproduksi dalam artikel adalah milik mereka yang menyatakannya dan itu adalah tanggung jawab mereka sendiri. Publikasi di The European Times tidak secara otomatis berarti pengesahan pandangan, tetapi hak untuk mengungkapkannya.

TERJEMAHAN DISCLAIMER: Semua artikel di situs ini diterbitkan dalam bahasa Inggris. Versi terjemahan dilakukan melalui proses otomatis yang dikenal sebagai terjemahan saraf. Jika ragu, selalu mengacu pada artikel aslinya. Terima kasih atas pengertian.

Meja baru
Meja baruhttps://europeantimes.news
The European Times Berita bertujuan untuk meliput berita yang penting untuk meningkatkan kesadaran warga di seluruh Eropa geografis.

Dalam sebuah pernyataan di akhir kunjungan 10 harinya ke Swedia, Pelapor Khusus PBB untuk kebebasan beragama atau berkeyakinan, Nazila Ghanea, meminta negara tersebut untuk memperkuat keterlibatan dan dialog dengan komunitas agama untuk memerangi intoleransi agama atau keyakinan. Ghanea menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi Swedia baik secara nasional maupun global, khususnya sehubungan dengan pembakaran Al-Qur'an.

Ghanea menekankan perlunya kewaspadaan terhadap intoleransi dan diskriminasi agama atau kepercayaan dalam masyarakat, dan menyatakan bahwa pelecehan, diskriminasi, dan ancaman sosial tidak boleh diabaikan. Dia mengakui bahwa homogenitas sejarah dan model sekuler Swedia telah membentuk pemahaman tentang agama sebagai masalah individu dan pribadi. Namun, dengan adanya perubahan signifikan dalam struktur masyarakat, termasuk migrasi baru-baru ini, religiusitas dalam masyarakat Swedia menjadi lebih beragam.

Pakar PBB tersebut menekankan pentingnya untuk tidak meremehkan dinamisme dan berbagai permasalahan yang muncul dari keberagaman ini. Ia memperingatkan bahwa sikap berpuas diri yang dilakukan pihak berwenang di berbagai tingkat dapat menyebabkan pengawasan, tertundanya akses terhadap keadilan, titik buta, dan ketidakpercayaan. Ghanea menyerukan pengumpulan data yang terpilah dan teratur untuk mendapatkan wawasan tentang penikmatan hak yang sebenarnya, dengan menekankan bahwa hal ini harus dilakukan secara sukarela dan berdasarkan definisi mandiri.

Selama kunjungannya, Nazila Ghanea mengadakan pertemuan dengan pejabat pemerintah, lembaga, anggota parlemen, Mahkamah Agung Administratif, jaksa, otoritas kepolisian, organisasi masyarakat sipil, perwakilan komunitas agama atau kepercayaan, aktor berbasis agama, dan akademisi. Ia juga bertemu dengan perwakilan otoritas lokal, pengadilan, dan polisi di Malmö, serta Institut Hak Asasi Manusia Swedia di Lund.

Ghanea menyoroti bahwa tantangan yang ada saat ini telah mendorong pihak berwenang untuk menyadari bahwa komunitas agama dapat menjadi bagian dari solusi. Ia menekankan pentingnya penjangkauan dan dialog yang berkelanjutan sebagai saluran pertukaran, pembelajaran, dan membangun kepercayaan, dan menyatakan bahwa upaya-upaya ini tidak boleh dilakukan secara episodik setelah krisis. Pakar PBB tersebut menyarankan bahwa legitimasi dan keterwakilan forum-forum ini dapat ditingkatkan ketika forum-forum tersebut berakar pada komunitas dan dibentuk oleh komunitas agama dan masyarakat sipil itu sendiri.

Dr Nazila Ghanaa, seorang profesor Hukum Hak Asasi Manusia Internasional di Universitas Oxford, akan menyampaikan laporan lengkap tentang kunjungannya ke Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa pada bulan Maret 2024. Ia mengemban mandat sebagai Pelapor Khusus untuk kebebasan beragama atau berkeyakinan pada bulan Agustus 1, 2022. Dr. Ghanea memiliki pengalaman penelitian dan publikasi yang luas dalam hukum hak asasi manusia internasional, termasuk kebebasan beragama atau berkeyakinan, dan telah menjabat sebagai konsultan di berbagai lembaga.

Pelapor Khusus, yang merupakan bagian dari Prosedur Khusus Dewan Hak Asasi Manusia, adalah pakar independen yang menangani situasi negara tertentu atau isu-isu tematik di seluruh belahan dunia. Mereka bekerja atas dasar sukarela dan bukan anggota staf PBB. Terlepas dari pemerintah atau organisasi mana pun, mereka bertugas dalam kapasitas masing-masing.

- Iklan -

Lebih dari penulis

- ISI EKSKLUSIF -tempat_img
- Iklan -
- Iklan -
- Iklan -tempat_img
- Iklan -

Harus baca

Artikel Terbaru

- Iklan -