11.5 C
Brussels
Sabtu, Mei 11, 2024
PendapatKrisis Pendidikan di Maroko: Tanggung Jawab Perdana Menteri Aziz Akhannouch di...

Krisis Pendidikan di Maroko: Tanggung Jawab Perdana Menteri Aziz Akhannouch Dipertanyakan

PENAFIAN: Informasi dan pendapat yang direproduksi dalam artikel adalah milik mereka yang menyatakannya dan itu adalah tanggung jawab mereka sendiri. Publikasi di The European Times tidak secara otomatis berarti pengesahan pandangan, tetapi hak untuk mengungkapkannya.

TERJEMAHAN DISCLAIMER: Semua artikel di situs ini diterbitkan dalam bahasa Inggris. Versi terjemahan dilakukan melalui proses otomatis yang dikenal sebagai terjemahan saraf. Jika ragu, selalu mengacu pada artikel aslinya. Terima kasih atas pengertian.

Lahcen Hammouch
Lahcen Hammouchhttps://www.facebook.com/lahcenhammouch
Lahcen Hammouch adalah seorang Jurnalis. Direktur TV dan Radio Almouwatin. Sosiolog oleh ULB. Presiden Forum Masyarakat Sipil Afrika untuk Demokrasi.

Krisis yang terus berlanjut di sektor pendidikan Maroko meningkatkan kekhawatiran mengenai dampak buruk yang mungkin timbul dari pengelolaan yang ada saat ini. Setelah bertahun-tahun kegagalan sistem pendidikan Maroko, kepercayaan mayoritas warga tampaknya telah terkikis, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab pemerintah yang dipimpin oleh Aziz Akhannouch, Perdana Menteri saat ini dan seorang pengusaha dengan koneksi miliarder.

Laporan-laporan, baik internasional maupun nasional, terus menyoroti kondisi pendidikan di Maroko yang mengkhawatirkan. Menurut studi Bank al-Maghrib, tingkat buta huruf di Maroko mencapai 32.4%, hal ini menunjukkan masih adanya kekurangan dalam sistem pendidikan. Terlebih lagi, 67% anak-anak Maroko gagal menjawab satu pertanyaan pemahaman bacaan dengan benar, sehingga menunjukkan adanya krisis besar dalam perolehan keterampilan dasar.

Dengan latar belakang ini, tanggung jawab pemerintah, yang dipimpin oleh pengusaha dan Perdana Menteri Aziz Akhannouch, menjadi suatu hal yang memprihatinkan, salah satunya karena perannya dalam menentukan kebijakan dan alokasi anggaran. Statistik Kementerian Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa proporsi anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan masih berada di bawah rekomendasi internasional, yaitu tidak melebihi 5.5% PDB pada tahun 2006.

Kelangkaan sumber daya keuangan yang dialokasikan untuk pendidikan, sebagaimana disoroti dalam studi UNESCO, menyoroti pilihan-pilihan politik yang dapat berdampak negatif pada sektor pendidikan. Sebagai Perdana Menteri dan pemain utama dalam pemerintahan, tanggung jawab Aziz Akhannouch dan tim pemerintahannya terhadap krisis pendidikan tidak dapat disangkal. Keputusan politik, termasuk sentralisasi administratif dan kurangnya dukungan di daerah pedesaan, turut memperburuk kesenjangan pendidikan.

Sangat penting bagi pemerintah, di bawah kepemimpinan Aziz Akhannouch, untuk mengambil tanggung jawab atas krisis pendidikan dengan mengakui kekurangan yang ada dan mengambil langkah nyata untuk mereformasi sistem. Hal ini melibatkan peninjauan kembali kebijakan anggaran, reformasi struktural dan komitmen terhadap pendidikan berkualitas bagi seluruh warga negara Maroko. Singkatnya, tanggung jawab pemerintah terhadap krisis pendidikan ini tidak dapat diabaikan, dan tindakan signifikan diperlukan untuk menjamin masa depan pendidikan yang lebih cerah bagi generasi muda Maroko.

Para pemogok, yang menuntut pembatalan semua keputusan disipliner dan sanksi terkait dengan aktivitas militan mereka, dengan tegas menolak undang-undang tersebut, baik dalam bentuk maupun isinya. Seruan mereka juga mencakup tuntutan mendesak akan gaji dan pensiun yang lebih tinggi. Sayangnya, situasi ini memberikan dampak negatif pada siswa yang terkena dampak konflik ini.

Di tengah krisis pendidikan yang berkepanjangan ini, tanggung jawab pemerintah, yang diwujudkan oleh Aziz Akhannouch, Perdana Menteri dan pengusaha miliarder, menjadi sorotan. Perlunya reformasi menyeluruh dalam sistem pendidikan Maroko menjadi sebuah keharusan untuk menjamin masa depan pendidikan yang lebih menjanjikan bagi generasi muda di negara tersebut.

Pemerintah dan Perdana Menteri Aziz Akhannouch telah berjanji untuk menciptakan satu juta lapangan kerja dan mengangkat satu juta keluarga keluar dari kemiskinan. Partai mayoritas pemerintah juga berjanji akan menaikkan gaji guru menjadi 7,500 dirham pada awal karir mereka, dengan kenaikan sekitar 300 dolar, serta menaikkan gaji pekerja sektor kesehatan.

Setelah niat dan janji yang dibesar-besarkan, kita kini hidup dalam keheningan yang mengkhawatirkan, dengan pemerintahan yang tidak mengatakan apa pun mengenai pemberantasan korupsi atau reformasi perpajakan.

Awalnya diterbitkan pada Almouwatin.com

- Iklan -

Lebih dari penulis

- ISI EKSKLUSIF -tempat_img
- Iklan -
- Iklan -
- Iklan -tempat_img
- Iklan -

Harus baca

Artikel Terbaru

- Iklan -