Sepasang suami istri di provinsi barat Izmir telah menyiapkan panggung untuk tren baru di Turki dengan menandatangani “perjanjian kesetaraan gender” sebelum menikah, dengan mengatakan tidak akan ada cinta jika tidak ada kesetaraan.
Upacara pernikahan luar biasa yang berlangsung baru-baru ini menarik perhatian di negara itu.
Zeleha Shemin dan Murat Büyükülmaz menikah dalam sebuah upacara yang dipimpin oleh Filiz Sengel, Walikota Wilayah Selcuk, dan menandatangani perjanjian pernikahan di depan para tamu.
Dalam sebuah kesepakatan, pasangan itu menyatakan: “Kami, sebagai dua individu yang bebas, menyatakan bahwa kami akan menjadi dua sisi dari kehidupan yang setara dan akan menyatukan hidup kami atas dasar kesetaraan ini.”
“Kami berjanji untuk melindungi dan memperkuat perjanjian kesetaraan ini setiap saat dalam hidup kita bersama.”
"Tidak ada kesetaraan, tidak ada cinta," pasangan itu mengumumkan.
Perjanjian tersebut memasuki agenda negara dengan sebuah posting Instagram oleh bagian Wanita Turki PBB pada 3 September. Lembaga tersebut mencatat: “Inspirasi hari itu datang dari pasangan yang menandatangani 'perjanjian kesetaraan.' Kami berharap pasangan bahagia dan berharap inspirasi mereka untuk kesetaraan meluas sepanjang hidup mereka.
Pengantin baru itu mengatakan kepada harian Turki Miliyet: “Kami percaya bahwa alasan utama masalah yang dialami orang didasarkan pada ketidaksetaraan sosial. Kami pikir cinta kami hanya bisa ada jika kami bisa menjaga kesetaraan dan memutuskan untuk menandatangani perjanjian yang tidak biasa di depan para tamu kami,” tambah mereka.
Kesetaraan di rumah, kesetaraan di masyarakat
Pada tahun 2017, UN Women bekerjasama dengan Promundo, ABAAD – Resource Center for Gender Equality and Connecting Research to Development (CRD) melakukan Survei Kesetaraan Pria dan Gender Internasional (IMAGES) studi di Lebanon yang menganalisis persepsi maskulinitas dan dampaknya terhadap kehidupan perempuan dan anak perempuan, pada laki-laki itu sendiri, dan untuk kesetaraan gender secara lebih luas. Studi tersebut menemukan bahwa untuk 35 persen pria 'untuk menjadi pria, Anda harus tegar', dan 19 persen pria juga setuju bahwa “memalukan ketika pria terlibat dalam mengasuh anak atau pekerjaan rumah tangga lainnya”.
Lihat juga UN Women Program Kesetaraan Gender Pria dan Wanita, didanai oleh Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Swedia (Sida).